Renungan di Hari Ibu

Selamat Hari Ibu …

Alfajarian pasti sering dengar kalimat itu jika tanggal 22 Desember datang. Ya, itu karena tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Ibu.
Tapiiii.. Alfajarian harus ingat, Hari Ibu tidak hanya diucapkan di tanggal 22 Desember saja.

Kenapa? Karena setiap hari adalah Hari Ibu. Setiap hari ibu bekerja, mengurus keluarga, mengasuh anak, membersihkan rumah, memasak hingga menjadi teman bermain anak.

Terkadang, kita tidak menyadari betapa pentingnya seorang ibu. Namun jika kesulitan melanda, kesedihan menerpa, barulah kita sadar jika ibu adalah orang yang selalu berada di samping kita dalam situasi apapun.

Ibu adalah sekolah terbaik bagi sang anak. Maka sudah sepatutnya kita bisa berbakti pada ibu agar hidup ini penuh berkah. Bukankah surga juga berada di telapak kaki ibu?

Jadi, Alfajarian jangan pernah ragu dan sungkan untuk memuliakan ibunda tercinta. Meskipun jika nanti kalian menjadi orang hebat, tapi tidaklah bermakna jika kalian tidak mendapat restu sang ibu.

Oiya ada salam nih dari ibu guru yayasan Al Fajar untuk semua ibu-ibu.

Selamat Hari Ibu, semoga kita semua menjadi ibu yang dapat menginspirasi kesuksesan anak-anak Indonesia.

ERNAWATI
Kepala TK ISLAM AL-FAJAR

CERITA GURU DIMASA PANDEMI COVID-19

…Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru…

Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku…

Alfajarian… Kita harus selalu ingat nama guru-guru kita ya… Karena sampai kapan pun mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa.

Pengorbanan guru selama 9 bulan di masa pandemi ini, juga jangan pernah dilupakan ya Alfajarian.

Seluruh pendidik, tenaga kependidikan , peserta didik dan wali siswa harus siap  melakukan pembelajaran dengan sistem jarak jauh. Komitmen yang tinggi, kerjasama dan komunikasi yang baik sangat dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran sistem dadakan ini.

Guru harus memberikan nasihat atau hal-hal yang bersifat positif, agar siswa tidak terlalu parno alias takut akan pandemi corona. Dilain sisi, guru juga harus memerhatikan mood belajar siswa agar tidak terlalu stres, akibat tugas yang diberikan.

Guru juga harus menguasai cara belajar secara online, melalui zoom, google classroom, whatsapp, line dan sebagainya. Metode yang diterapkan juga akan berbeda dari biasanya, karena belajar tidak secara “face to face”.

Guru pun dituntut mampu mengevaluasi apa kekurangan dari pembelajaran online, masalah-masalah yang timbul pada siswa maupun saat proses pembelajaran.

Saat ini, tak sedikit siswa mulai merasa bosan karena selalu dirumah, dengan tugas yang menumpuk. Alfajarian pasti sudah rindu sekali untuk bertemu dengan bapak ibu guru, teman-teman, dan melakukan rutinitas sekolah setiap hari.

Harapan kita semua, semoga di semester 2 nanti, belajar tatap muka sudah bisa dilakukan. Meskipun masih bertahap, namun itu akan membawa semangat baru agar konsisten menimba ilmu.

Tapi…. Alfajarian harus janji ya, jika nanti sekolah tatap muka jangan abaikan protokol kesehatan, dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.

Oiya… Ada pesan nih dari guru-guru untuk seluruh orang tua murid. Terima kasih ayah bunda yang sudah dengan sabar, membantu guru mendidik anak-anak di rumah.

Kita harus tetap semangat ya dan yakin esok akan jauh lebih baik.

SELAMAT HARI GURU, PAHLAWAN TANPA TANDA JASAKU!!!

Disusun oleh

 

RINA SARI, M.Pd

Kepala SMP ISLAM AL FAJAR

GURU, PAHLAWAN DI MASA PANDEMI

Alfajarian… Apa yang terlintas di benak kalian, jika mendengar kata pahlawan??

Kalau di masa pandemi seperti sekarang ini, kita semua pasti setuju, dokter, suster, bidan, dan tenaga medis lainnya, merupakan pahlawan.
Bagaimana tidak? Mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya, untuk merawat pasien covid-19 dan menjadi garda terdepan melawan virus corona.

Tapi… Alfajarian tahu tidak, di masa pandemi corona ini, tenaga pendidik alias guru, juga termasuk pahlawan.
Selain memang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, di masa pandemi tugas guru jadi lebih berat, apalagi dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ.

Terkadang, secara tatap muka saja materi yang diberikan bapak ibu guru belum tentu diterima dengan baik. Akhirnya, guru-guru pun harus berdiskusi dengan murid-murid untuk menentukan, tipe pembelajaran seperti apa yang diinginkan.

Belum lagi, guru-guru masa kini juga harus beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh. Bagaimana dengan guru yang tidak pandai menggunakan gawai atau gadget?. Mereka berusaha dan belajar terus menerus tanpa henti, agar siswa/i tidak ketinggalan materi.

Mayoritas, tatap muka antara guru dan murid saat ini, dilakukan melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting ataupun Whatsapp Group. Untuk tugas siswa, dikerjakan melalui google form atau kelas maya Edmodo seperti yang dilakukan Perguruan Islam Al Fajar.

Tapi… Pembelajaran melalui digital ini tidak selamanya berjalan mulus sahabat.
Belum lagi setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Keadaan keluarga dan tingkat perekenomian masing-masing siswa/i juga mempengaruhi.

Ada murid yang tidak terpantau tugas-tugasnya di rumah, karena orang tuanya sibuk bekerja, Ada pula siswa yang sering melewati kelas daring, karena peralatan belajarnya, seperti laptop ataupun ponsel pintar, bergantian dengan kakak atau adik. Bahkan tak sedikit pula, orang tua murid memiliki keterbatasan untuk membeli kuota internet.

Situasi dan kondisi tersebut mengharuskan guru mencari jalan lain untuk menebar ilmu. Di daerah pelosok misalnya, tak jarang guru-guru pun terpaksa mendatangi rumah siswa/siswi satu persatu dan bergilir. Ini dilakukan agar mereka semua tetap mendapat pembelajaran di tengah keterbatasan sarana, dan ancaman virus corona.

Alfajarian pasti sudah kangen sekolah, rindu teman dan aktivitas menyenangkan lainnya bukan? Bersabar ya sahabat, pembelajaran jarak jauh bukanlah keinginan guru ataupun kalian.

Guru atau murid sama-sama berjuang ditengah segala keterbatasan. Jadi… Alfajarian harus tetap semangat mencari ilmu ya, karena pahlawan tanpa tanda jasa pun tak kenal lelah mendidik murid-murid dengan berbagai cara.

 

Disusun oleh;
Dedi Supandi, S.Si, M.Pd.
KEPALA SMA ISLAM AL-FAJAR

SD Islam Al-fajar 1 Muharram 1442 Hijriah

Pergantian tahun baru Islam juga dimaknai sebagai momen untuk intropeksi diri atau muhasabah. Seiring waktu yang terus berjalan dan berlalu, dengan adanya tahun baru Islam, diharapkan umat muslim lebih mawas diri, introspeksi dan bermuhasabah atas segala tindakan dan perbuatan yang dilakukan selama 12 bulan.

Sekaligus memikirkan apa yang harus diperbaiki dan amalan apa yang harus ditinggalkan di tahun mendatang.